Darurat Pengembangan Bandara, Nusantara Infrastructure dan Stakeholders Fasilitasi Dialogue Series VIII

Seluruh bandara Angkasa Pura rata-rata sudah kelebihan kapasitas seiring pertumbuhan penumpang hingga 20% per tahun.
Darurat Pengembangan Bandara, Nusantara Infrastructure dan Stakeholders Fasilitasi Dialogue Series VIII

03 April 2014
Penulis: Administrator

Kondisi Bandar udara (bandara) di Tanah Air saat ini ada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Dari sisi kapasitas, hampir semua bandara mengalami kelebihan muatan (over capacity) akibat tidak mengikuti pertumbuhan industri penerbangan yang rata-rata mencapai 14% hingga 20% per tahun.
 
Sementara dari sisi lalu lintas udara pun demikian. Kementerian Perhubungan mencatat dengan permintaan perjalanan udara yang sedemikian tinggi, bandara di Indonesia mengalami tekanan yang cukup besar. Sehingga seluruh bandara yang dioperasikan oleh Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II rata-rata mengalami over capacity.
 
Saat ini Indonesia memiliki 22 maskapai yang mengoperasikan pesawat komersil (Air Operator Certificate/AOC 121) dan 35 maskapai yang mengoperasikan pesawat charteran (AOC 135). Total maskapai melayani sekitar 400 penerbangan rute domestik dan internasional dan menghubungkan 121 kota di Indonesia dan 21 negara.
 
“Persoalan bandara menjadi salah satu problem mendesak yang dihadapi Indonesia saat ini yang dihadapi oleh semua pemangku kepentingan terkait transportasi dan konektivitas antar kawasan. Oleh karenanya diperlukan diskusi mendalam untuk mengenali tantangan, peluang dan mencari solusi yang dapat diterapkan,” ujar Conference Leaders Dialogue Series VIII, yang juga Direktur PT Nusantara Infrastructure Tbk, John Scott Younger, dalam jumpa pers di sela acara Dialogue Series VIII, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis (3/4).
 
Sebagai contoh, kapasitas bandara Soekarno-Hatta yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II, sudah terlampaui sejak 2003. Ketika itu, jumlah penumpang sudah mencapai 19,7 juta penumpang per tahun, sedangkan kapasitas tampungnya hanya 18 juta penumpang. Pada akhir 2013, jumlah pergerakan penumpang mencapai 62,1 juta atau meningkat 3,5% dibandingkan 2012 sebanyak 60 juta penumpang.
 
Dengan jumlah penumpang mencapai 62,1 juta ini, berdasarkan data dari Airport Council International (ACI), Bandara Internasional Soekarno-Hatta tercatat sebagai bandara tersibuk ke-8 di dunia pada 2013. Posisi ini naik satu peringkat dari posisi tahun sebelumnya dan hanya menempati posisi ke-22 pada tahun 2009.
 
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II Daryanto mengatakan dari peringkat ACI tersebut, maka Bandara Soekarno-Hatta juga tercatat sebagai bandara tersibuk ke-4 di kawasan Asia Pasifik setelah Beijing Capital International Airport, Haneda International Airport di Tokyo dan Dubai International Airport.
 
"Posisi Bandara Internasional Soekarno-Hatta di peringkat ke-8 dunia dan ke-4 di Asia Pasifik ini menandakan pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan industri penerbangan nasional memang mencapai 2,5 kali dari pertumbuhan ekonomi," kata Daryanto (seperti dikutip sindonews.com, Kamis, 20 Februari 2014).
 
Melihat pertumbuhan jumlah penumpang yang sangat menjanjikan itu maka maskapai pun ramai-ramai mendatangkan pesawat baru. Garuda Indonesia, misalnya, berencana menambah 27 armada pesawat baru di tahun 2014. Dengan demikian, nantinya perseroan memiliki total 166 armada pesawat hingga Desember 2014.
 
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan dengan populasi jumlah penduduk sejumlah 240 juta jiwa dan 83,7 juta perjalanan udara trip domestik dan internasional, Indonesia menjadi salah satu pasar penerbangan yang sangat besar di mana laju pertumbuhan lalu lintas udaranya termasuk paling tinggi di dunia. Indonesia dalam kajian McKinsey & Co, akan menjadi Negara dengan peringkat ekonomi nomor tujuh dunia pada 2030 dan akan menghasilkan 90 juta konsumen baru yang ingin bepergian.
 
“Kami mencatat bahwa pertumbuhan penumpang angkutan udara domestik tumbuh rata-rata 13,8% per tahun antara 2009-2013 dan angkutan udara internasional 19,3% pada periode yang sama, atau industri penerbangan kita tumbuh 14%-20% per tahun. Ketika angkutan udara global tumbuh 5% per tahun atau menjadi 2 kali lipat setiap 15 tahun, perjalanan udara di Indonesia menjadi 2 kali lipat setiap 10 tahun,” jelas Bambang (seperti dikutip situs resmi Kementerian Perhubungan).
 
General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure Deden Rochmawaty mengatakan sebagai salah satu perusahaan infrastruktur swasta, PT Nusantara Infrastructure Tbk terpanggil untuk mewadahi sebuah forum yang fokus pada persoalan infrastruktur tanah air. Dengan harapan dari dialog ini pelaku industri dan seluruh stakeholders di sektor airport dapat memberikan solusi bersama guna mengatasi persoalan bandara yang sudah cukup mendesak.
 
Pengembangan bandara juga dilakukan oleh sejumlah Negara. Korea Selatan misalnya, masih terus mengembangkan Incheon Airport meski bandara ini sudah menyabet penghargaan dari Airports Council International ACI) sebagai bandara terbaik dari sisi service quality dalam 9 tahun berturut-turut hingga 2013.
 
Dalam situs resminya disebutkan, Incheon Airport mulai pembangunan tahap ke-3 untuk penambahan kapasitas tampung menjadi 62 juta penumpang. Incheon berencana tumbuh sebagai bandara mega hub global dengan menyelesaikan pembangunan terminal 2. Tambahan kapasitas ini ditarget rampung sebelum Olimpiade Pyeongchang 2018. Hingga akhir 2013, Incheon menampung 41,48 juta penumpang dengan 271.224 pergerakan pesawat.

Tentang Dialogue Series

Dialogue Series merupakan forum di sektor-sektor infrastruktur yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) serta professional dari dalam dan luar negeri. Forum ini diselenggarakan untuk mencari solusi dari setiap persoalan di sektor-sektor infrastruktur.

Melanjutkan kesuksesan Dialogue Series I hingga VII sebelumnya, seri diskusi ini diadakan sebagai sarana bagi pemerintah dan sector swasta untuk mengatasi isu-isu yang tengah mencuat mengenai kapasitas bandara di seluruh Indonesia. Dialogue Series menjadi wadah untuk membahas pengalaman dari pelaku industry dan penyedia teknologi yang telah berhasil di negara lain.

Pada Dialogue Series VIII, lebih dari 120 orang perwakilan dari pemangku kepentingan di sector transportasi udara hadir. Mereka terdiri dari Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, Pengelola Bandara, Perusahaan Pembiayaan serta Perusahaan Maskapai Penerbangan di Indonesia. Forum ini untuk mencari solusi inovatif mengatasi permasalahan mendesak dalam sector transportasi udara.